15 Oktober 2012

Pengaruh Emosi Ibu terhadap Bayi

Bayi yang belum lahir merasakan dunia melalui sang ibu. Seorang bayi merasakan tak hanya apa yang terjadi di luar kandungan, tapi juga perasaan ibu. Ia bisa melakukan hal ini karena emosi ibu memicu pelepasan zat kimia ke dalam darah yang mengalir di tubuhnya—kemarahan melepaskan adrenalin, ketakutan melepasakan kolamin, stres melepaskan kortisol, dan perasaan senang melepaskan endorphin. Zat kimia ini diteruskan melalui plasenta dan kepada bayi dalam hitungan detik dari saat ibu merasakan emosi tersebut.
Bayi tidak suka jika ibunya mempunyai perasaan negatif seperti marah, khawatir, atau takut dalam jangka waktu lama. Namun, semburan emosi yang pendek dari, misalnya, rasa marah atau takut (yang mungkin diakibatkan karena kepanikan atau bertengkar dengan suami) tidak memiliki pengaruh berkelanjutan pada bayi yang dikandung. Ini malah mungkin bisa menjadi hal baik baginya, karena bisa membantunya mulai belajar cara mengatasi situasi penuh tekanan di masa depan.
Di sisi lain, riset menunjukkan rasa marah atau resah yang berkepanjangan, seperti jika ibu mempunyai masalah dalam hubungan atau suami yang tidak pedulian, atau bila ibu hidup dalam kondisi yang sulit, bisa membahayakan bayi. Efek dari perasaan tersebut bisa menyebabkan kelahiran yang bermasalah, berat badan bayi rendah, kolik pada bayi, dan masalah belajar di kemudian hari. Untungnya, banyak studi yang menunjukkan bahwa jika ibu secara umum merasa bahagia dan positif mengenai kehamilannya dan tidak menutup diri dari bayinya, efek dari emosi negatif pun cenderung berkurang. So, be happy moms! (RMS, disarikan dari buku Ensiklopedia Kehamilan dan Kelahiran)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar