Aku ke
tempat ini karena ingin membuang sakit hatiku. Aku ke tempat ini karena ingin
membahagiakan hatiku. Aku ke tempat ini untuk menyembuhkan lukaku. Pulau
Pramuka, ini kedua kalinya aku kesana, melepas semua penat di dada, kuhirup
udara laut yang khas dengan aroma garamnya, biru muda, biru tua lalu seperti
hijau sejauh mata memandang hanya warna-warna itu yang ada dipelupuk mataku.
Riak ombak dan gelombang yang tidak beraturan membuat irama perjalananku makin
berwarna. Tak lama kunikmati panorama seperti itu, mataku sudah mulai lelah dan
otakku menyuruh aku tidur. Kucari posisi paling nyaman, diantara ratusan
penumpang lain. Kurebahkan badanku seadanya, diantara sisa-sisa ruang para
penumpang, tak lama aku tertidur pulas, dan selang 3 jam tak terasa kapal sudah
disandarkan di pelabuhan sederhana di pulau pramuka. Semua penumpang turun,
huft…kuhelakan napas, akhirnya sampai juga aku disini. Tempat ini tak berbeda
jauh dengan 5 tahun lalu, saat perpisahan SMU ku. Hanya saja jalan-jalan lebih
tertata rapi dan penduduknya sudah jauh lebih banyak.
Penginapanku
kali ini jauh lebih bagus dari penginapanku 5 tahun lalu, kali ini kami menyewa
satu rumah, dengan 3 kamar tidur, 2 dilengkapi dengan AC dan 1 hanya dengan
kipas angin. Dan 2 kamar mandi di luar kamar. Sebenarnya satu kamar itu
diperuntukkan 5 orang tapi entah kenapa disini kami menjadi egois, dan tak ada
yang berani menegur kami hehe, satu kamar besar plus AC itu hanya kami tempati
ber-empat, tiga orang dewasa dan satu anak kecil. Ya kami semua langsung merapikan
barang yang kami bawa di kamar itu, tanpa sadar seharusnya mereka (anggota
lain) yang namanya tertera di pintu kamar juga berhak atas kamar itu. Tapi
yasudahlah mereka merelakannya untuk kami.
Objek
wisata pertama yang kami singgahi adalah penangkaran penyu, dulu semasa
perpisahan sekolah aku tak sempat mendatangi tempat ini, padahal tempatnya tidak jauh dari penginapanku waktu itu..mungkin karena sibuk atau tidak tertarik makanya aku tidak mengunjungi tempat ini. Dan ternyata lumayan seru juga, melihat bayi penyu sampai melihat buyutnya, aku hanya berani memegang bayi penyu hehe, karena dia jinak dan lucu, berbeda dengan adikku dia berpose dengan buyut penyu, tak lama aku merasakan kegembiraan itu, tiba-tiba sekelabat bayangannya hadir lagi, seperti hantu rasanya, hey..aku sudah jauh dari Jakarta, sudah beratus-ratus kilometer tapi kenapa kamu masih menggangguku? Segera kutepis bayangan itu, aku tak mau suasana hatiku kembali kacau. Segera kuberlari bergabung dengan adik dan teman-teman adikku, kami baernarsis ria di tepi pantai, berpose aneh sampai membuatku tak berhenti tertawa. Akhirnya aku melupakannya walau sesaat.
perpisahan sekolah aku tak sempat mendatangi tempat ini, padahal tempatnya tidak jauh dari penginapanku waktu itu..mungkin karena sibuk atau tidak tertarik makanya aku tidak mengunjungi tempat ini. Dan ternyata lumayan seru juga, melihat bayi penyu sampai melihat buyutnya, aku hanya berani memegang bayi penyu hehe, karena dia jinak dan lucu, berbeda dengan adikku dia berpose dengan buyut penyu, tak lama aku merasakan kegembiraan itu, tiba-tiba sekelabat bayangannya hadir lagi, seperti hantu rasanya, hey..aku sudah jauh dari Jakarta, sudah beratus-ratus kilometer tapi kenapa kamu masih menggangguku? Segera kutepis bayangan itu, aku tak mau suasana hatiku kembali kacau. Segera kuberlari bergabung dengan adik dan teman-teman adikku, kami baernarsis ria di tepi pantai, berpose aneh sampai membuatku tak berhenti tertawa. Akhirnya aku melupakannya walau sesaat.
Pukul
13.00 WIB, kami semua bergegas ke penginapan untuk makan siang dan berganti
pakaian, sipirilie…kami semua akan snorkeling, walaupun aku tidak bisa berenang
tapi aku menyukai kegiatan ini, melihat terumbu karang dan ikan dari permukaan
laut…indahnya laut Indonesia,tapi…kendala ada di pelampung dan peralatan lain,
ternyata tidak mencukupi dengan jumlah anggota kami, alhasil harus bergantian
memakainya, tetapi mereka curang, yang sudah snorkeling asik saja tidak mau
bergantian dengan yang belum, tetapi teman-teman baruku disini seru dan asik,
akhirnya kami membuat permainan sendiri, mengubur orang dalam pasir, pernah
liat kan kegiatan di tepi pantai seperti itu, ya …adikku yang jadi objeknya,
bersemangat sekali kami semua mengubur tubuh adikku, pulau ini tidak
berpenghuni, namanya pulau semak daun atau kadang orang sekitar menyebutnya
pulau air, jadi kami bebas main di tepi pantai sesuka hati, tanpa ada rombongan
lain yang mengganggu, pokoknya pulau ini seperti pulau pribadi kita, dua puluh
menit kami mengubur adikku dengan pasir dan akhirnya selesai…, kami puas sekali
dengan hasilnya, lucu, adikku sudah terendam pasir, hanya kepala saja yang
selamat, dan kami pun berpose narsis di kanan kiri adikku, mengabadikan moment
langka ini. Adikku mulai bosan dan gerah dengan segunung pasir mengubur
badannya, dan kami pun menyudahi permainan itu, kami melanjutkan dengan bermain
air gaya bebas dan tak lupa berfoto-foto dengan pose sesuka hati hihi, aku
ingat diantar kami, hanya aku, adikku dan sahabatnya yang sangat gila dengan
pose.
Sampai akhirnya tanpa sadar kami terbawa arus ombak, sampai aku merasakan tidak ada lagi pijakan untuk kakiku, Ya Allah…aku tidak bisa bernapas, aku merasa air sudah masuk ke semua rongga paru-paruku, aku mencari-cari pegangan dan berusaha mencari pertolongan, ditengah kepanikan dan ketakutan ku aku melihat ada pundak, tanpa pikir panjang aku buat pundak itu sebagai pijakan agar aku bisa muncul ke permukaan dan berharap ada yang melihat kami tenggelam, teman-temanku yang ada di kapal tidak ada yang menyadari kalau kami tenggelam, mereka piker aku, adikku dan temannya itu masih sedang berpose, dan mereka piker itu poses “timbul tenggelam” Masha Allah…kami bertiga sudah panik sekali, adikku memang bisa berenang tapi karena tadi pundaknya aku benamkan kedalam air, karena aku mencari pijakan agar bisa bernapas alhasil dia juga ikut tenggelam. Aku ingin teriak tapi tidak bisa, aku hanya bisa melambaikan tanganku berharap mereka sadar kami benar-benar tenggelam, dan…alhamdulilah…si Bapak nahkoda kapal melihatnya, tanpa pikir panjang dia langsung loncat terjun ke laut, dan langsung menarik tangan adikku dan teman adikku. Aku masih bertarung sendiri di lautan menunggu ada pertolongan, dan kulihat sesosok wajah (antara sadar dan tidak sadar) aku berusaha meraihnya, sedapat mungkin tanpa mempedulikan apapun, akhirnya aku berhasil ditarik sosok wajah itu, aku selamat!. Alhamdulilah….terimakasih Ya Allah…kami bertiga selamat. Sejenak kami bertiga dan yang lain terdiam…dan akhirnya tertawa terbahak-bahak mengenang kejadian tadi. Kekonyolan yang kami buat sungguh memalukan dan menegangkan. Ternyata Allah masih baik hati dengan kami bertiga dan mungkin belum waktunya juga kali ya hehe.
Sampai akhirnya tanpa sadar kami terbawa arus ombak, sampai aku merasakan tidak ada lagi pijakan untuk kakiku, Ya Allah…aku tidak bisa bernapas, aku merasa air sudah masuk ke semua rongga paru-paruku, aku mencari-cari pegangan dan berusaha mencari pertolongan, ditengah kepanikan dan ketakutan ku aku melihat ada pundak, tanpa pikir panjang aku buat pundak itu sebagai pijakan agar aku bisa muncul ke permukaan dan berharap ada yang melihat kami tenggelam, teman-temanku yang ada di kapal tidak ada yang menyadari kalau kami tenggelam, mereka piker aku, adikku dan temannya itu masih sedang berpose, dan mereka piker itu poses “timbul tenggelam” Masha Allah…kami bertiga sudah panik sekali, adikku memang bisa berenang tapi karena tadi pundaknya aku benamkan kedalam air, karena aku mencari pijakan agar bisa bernapas alhasil dia juga ikut tenggelam. Aku ingin teriak tapi tidak bisa, aku hanya bisa melambaikan tanganku berharap mereka sadar kami benar-benar tenggelam, dan…alhamdulilah…si Bapak nahkoda kapal melihatnya, tanpa pikir panjang dia langsung loncat terjun ke laut, dan langsung menarik tangan adikku dan teman adikku. Aku masih bertarung sendiri di lautan menunggu ada pertolongan, dan kulihat sesosok wajah (antara sadar dan tidak sadar) aku berusaha meraihnya, sedapat mungkin tanpa mempedulikan apapun, akhirnya aku berhasil ditarik sosok wajah itu, aku selamat!. Alhamdulilah….terimakasih Ya Allah…kami bertiga selamat. Sejenak kami bertiga dan yang lain terdiam…dan akhirnya tertawa terbahak-bahak mengenang kejadian tadi. Kekonyolan yang kami buat sungguh memalukan dan menegangkan. Ternyata Allah masih baik hati dengan kami bertiga dan mungkin belum waktunya juga kali ya hehe.
Sudahlah
lupakan masalah kami tenggelam, kami masih sedikit trauma sebenarnya. Malam
hari kami mengadakan acara barbeque dan sedikit games, lumayan seru, dan itupun
membuatku melupakanmu, melupakan sosokmu, melupakan perilakumu yang sangat
menyakiti hatiku. Ya itu memang tujuan utamaku pergi ke tempat ini, pulau
pramuka, pulau yang jauh berkilo-kilo meter dari Jakarta. Dan ternyata
berhasil, walaupun diwarnai dengan acara tenggelam yang hampir merenggut
jiwaku.
Esoknya
jadwal trip kami adalah ke pulau panggang, pulau ini jauh lebih kecil dari
pulau pramuka, kami disini melihat penangkaran bintang laut dan hiu mini.
Ternyata ada juga hiu mini, penduduk disini pun ramah-ramah, kami disambut
dengan baik. Perjalanan dari pulau pramuka ke pulau panggang memang tidak jauh
tapi ini kan antar pulau, jadi.. tranportasi hanya ada kapal laut, bayangkan
kami beramai-ramai naik kapal laut tanpa atap…waduuuh alhasil kulit wajahku
merah terbakar…haia…perih gitu, ya memang resiko main di pulau ya begini memang
hehe. Tapi intinya aku senang.
Siang
pukul 12.00 kapal terakhir menuju Jakarta datang, kami semua bergegas packing
untuk pulang. Sedih si..sepertinya liburanku disini masih kurang, tapi sudah
cukup aku membuang rasa kecewa, marah, sedihku di tempat ini. Selamat tinggal pramuka,
terima kasih telah membantuku melupakannya, terima kasih telah sedikit
mengobati lukaku. Mungkin aku tidak tahu lagi kapan kembali, mungkin tahun
depan atau beberapa tahun lagi dari sekarang. Yang pasti jika nanti aku kembali
pasti kamu akan jauh terlihat lebih cantik. Dan yang aku ingin saat aku
kembali, aku kembali bersama orang-orang yang kusayang. Pramuka ...berkilo-kilo meter dari Jakarta sejuta rasa kubuang dan kudapat darimu. Sekali lagi terima kasih.
Pramuka,
9-10 Mei 2009